USMAR ISMAIL, sang legenda perfilman indonesia !!!!
Kisah Perjalanan Hidup Usmar Ismail yang Berakhir Tragis
USMAR Ismail, seorang tokoh yang dianggap sebagai Bapak Film Nasional. Debutnya sebagai sutradara dimulai ketika dia memproduseri film "Harta Karun" pada 1949 yang merupakan adaptasi dari "L'Avare ou L'École du mensonge" karya sastrawan Perancis, Moliere di bawah naungan South Pacific Film. Kemudian, Usmar bersama dengan Djamaludin Malik dan pengusaha film lainnya mendirikan Perfini (Pusat Film Nasional Indonesia) pada 1950. Shooting film perdananya bersama Perfini dengan judul "Darah dan Doa" pada 30 Maret 1950 kemudian dijadikan sebagai Hari Film Nasional.
Dalam kurun waktu 1950 hingga 1970, Usmar Ismail telah membuat sebanyak 33 film layar lebar. Film-film tersebut terdiri atas berbagai tema dan genre, seperti film drama yang berjumlah 13 film, komedi atau satire yang berjumlah 9 film, aksi, yang berjumlah 7 film, serta musical/entertainment yang berjumlah 4 film. Namun, di antara sekian banyak film yang telah dibuatnya, ada satu film yang berhasil membuat ia tertekan hingga berakhir dengan kematiannya.
Menurut wartawan senior yang juga ipar Usmar Ismail, Rosihan Anwar, publik banyak yang tidak tahu tentang kisah tragis yang dialami Usmar Ismail sehingga membawanya pada kematian di usia yang relatif muda.
Melansir Historia.id, Selasa (20/3/2018), Rosihan pun menceritakan tentang salah satu penyebab utama kematian dari iparnya tersebut.
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
“Usmar meninggal dunia dalam usia belum genap 50 tahun. Walaupun Usmar tidak pernah membicarakannya dengan saya, namun saya pikir dia telah mengalami kekecewaan berat dan stres akibat joint-production Perfini dengan sebuah perusahaan film Italia ketika membuat film cerita yang berlokasi Bali,” tulisnya dalam “Di Balik manusia Komunikasi,” tulisan persembahan untuk 75 Tahun M. Alwi Dahlan, kemenakan Usmar Ismail.
Sebagai direktur Perfini, Usmar Ismail kemudian memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan International Film Company dari Italia pada 1970. Mereka membuat film yang bertema Adventures in Bali. Namun sayang, terjadi permasalahan ketika proses produksi dan bahkan setelah film tersebut rampung.
Usmar Ismail menceritakan pengalaman pahitnya itu dalam majalah Ekspres keluaran 21 Desember 1970. Di sana, Usmar menyatakan, “Untuk diketahui perlu juga kami menjelaskan bahwa dalam usaha kerja sama ini ternyata pihak Perfini telah banyak sekali dikecewakan oleh pihak Italia, terutama mengenai penyelesaian soal honorarium artis dan karyawan, soal mengenai biaya hotel yang sekarang dibebankan kepada Perfini.”
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
Rosihan menjelaskan, berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, nama Usmar Ismail sebagai sutradara akan dicantumkan dalam versi film yang diedarkan di Eropa. Namun ternyata, ketika Usmar berkunjung ke Roma untuk melihat film tersebut, namanya sama sekali tidak disebutkan. Usmar pun merasa telah ditipu oleh produser Italia.
Usmar kemudian pulang dari Italia untuk mengurus kopi film Adventure in Bali pada 31 Desember 1970. Namun ternyata, berkas peredaran film tersebut tidak dikirim oleh mereka ke Indonesia tidak dikirim. Film ini kemudian dirilis dengan judul Bali pada 1971, namun gagal menarik hati penonton. Sutradara Ugo Liberatore dan Paolo Heusch kemudian mengedit ulang film ini dengan judul Incontro d’amore a Bali.
Dalam kurun waktu 1950 hingga 1970, Usmar Ismail telah membuat sebanyak 33 film layar lebar. Film-film tersebut terdiri atas berbagai tema dan genre, seperti film drama yang berjumlah 13 film, komedi atau satire yang berjumlah 9 film, aksi, yang berjumlah 7 film, serta musical/entertainment yang berjumlah 4 film. Namun, di antara sekian banyak film yang telah dibuatnya, ada satu film yang berhasil membuat ia tertekan hingga berakhir dengan kematiannya.
Menurut wartawan senior yang juga ipar Usmar Ismail, Rosihan Anwar, publik banyak yang tidak tahu tentang kisah tragis yang dialami Usmar Ismail sehingga membawanya pada kematian di usia yang relatif muda.
Melansir Historia.id, Selasa (20/3/2018), Rosihan pun menceritakan tentang salah satu penyebab utama kematian dari iparnya tersebut.
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
“Usmar meninggal dunia dalam usia belum genap 50 tahun. Walaupun Usmar tidak pernah membicarakannya dengan saya, namun saya pikir dia telah mengalami kekecewaan berat dan stres akibat joint-production Perfini dengan sebuah perusahaan film Italia ketika membuat film cerita yang berlokasi Bali,” tulisnya dalam “Di Balik manusia Komunikasi,” tulisan persembahan untuk 75 Tahun M. Alwi Dahlan, kemenakan Usmar Ismail.
Sebagai direktur Perfini, Usmar Ismail kemudian memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan International Film Company dari Italia pada 1970. Mereka membuat film yang bertema Adventures in Bali. Namun sayang, terjadi permasalahan ketika proses produksi dan bahkan setelah film tersebut rampung.
Usmar Ismail menceritakan pengalaman pahitnya itu dalam majalah Ekspres keluaran 21 Desember 1970. Di sana, Usmar menyatakan, “Untuk diketahui perlu juga kami menjelaskan bahwa dalam usaha kerja sama ini ternyata pihak Perfini telah banyak sekali dikecewakan oleh pihak Italia, terutama mengenai penyelesaian soal honorarium artis dan karyawan, soal mengenai biaya hotel yang sekarang dibebankan kepada Perfini.”
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
Rosihan menjelaskan, berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, nama Usmar Ismail sebagai sutradara akan dicantumkan dalam versi film yang diedarkan di Eropa. Namun ternyata, ketika Usmar berkunjung ke Roma untuk melihat film tersebut, namanya sama sekali tidak disebutkan. Usmar pun merasa telah ditipu oleh produser Italia.
Usmar kemudian pulang dari Italia untuk mengurus kopi film Adventure in Bali pada 31 Desember 1970. Namun ternyata, berkas peredaran film tersebut tidak dikirim oleh mereka ke Indonesia tidak dikirim. Film ini kemudian dirilis dengan judul Bali pada 1971, namun gagal menarik hati penonton. Sutradara Ugo Liberatore dan Paolo Heusch kemudian mengedit ulang film ini dengan judul Incontro d’amore a Bali.
Di sisi lain, Usmar pada saat itu sedang berjuang mati-matian mempertahankan Perfini meskipun untuk dapat menggaji karyawannya ia harus melego beberapa peralatan studio. Namun, pada akhirnya Usmar Ismail harus merumahkan sebanyak 160 karyawannya di PT Ria Sari Show & Restaurant Management di Miraca Sky Club karena bisnis yang dibangunnya sejak 1967 itu telah dilikuidasi oleh toko serba ada, Sarinah.
Pada malam harinya, Usmar masih sempat menyelesaikan dubbing film terakhirnya yang berjul Ananda di studio Perfini. Setelah itu, dia kemudian mengajak keluarga dan sahabat-sahabatnya ke Miraca Sky Club tepat pada malam pergantian tahun sekaligus mengadakan perpisahan dengan karyawannya.
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
Namun, beberapa hal yang tidak biasa pun terjadi. Pertama, Usmar mengajak semua bawahannya untuk berfoto. Kedua, dia pun memeluk satu per satu istri kolega dan bawahannya untuk mengucapkan selamat tahun baru sekaligus mengucapkan kata-kata perpisahan. Ketiga, dia juga menghendaki agar sahabat-sahabatnya tetap duduk di dekatnya.
“Yang dianggap paling aneh, Usmar yang ketika muda pernah belajar dansa, malam itu ber-soul sendiri,” tulis Rita Sri Hastuti dalam “Mengenang 40 Tahun Kepergian Usmar Ismail dari Darah dan Doa,” seperti yang dikutip dari lsf.go.id.
Pada keesokan harinya atau tepat pukul 17.00, Usmar tidak sadarkan diri dan didiagnosis mengalami pendarahan di otak. Usmar Ismail pun kemudian meninggal pada 2 Januari 1971.
“Saya terkejut, karena pada malam tahun baru, Usmar, saya dan Aboe Bakar Loebis beserta masing-masing istri masih kumpul di Miraca Sky Club di mana Usmar menjadi manajernya," kata Rosihan.
“Ada pikiran untuk mengadakan operasi di otaknya. Namun, untuk itu tidak mungkin lagi,” tambahnya.
Bapak Film Nasional itu pun kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta. Atas pengabdiannya terhadap dunia perfilman di Indonesia, Google pun menjadikan ia sebagai Google Doodle di hari kelahirannya ini. Berikut beberapa film yang berhasil diproduksi oleh Usmar Ismail selama hidupnya.
Pada malam harinya, Usmar masih sempat menyelesaikan dubbing film terakhirnya yang berjul Ananda di studio Perfini. Setelah itu, dia kemudian mengajak keluarga dan sahabat-sahabatnya ke Miraca Sky Club tepat pada malam pergantian tahun sekaligus mengadakan perpisahan dengan karyawannya.
Via usmar.perfilman.pnri.go.id
Namun, beberapa hal yang tidak biasa pun terjadi. Pertama, Usmar mengajak semua bawahannya untuk berfoto. Kedua, dia pun memeluk satu per satu istri kolega dan bawahannya untuk mengucapkan selamat tahun baru sekaligus mengucapkan kata-kata perpisahan. Ketiga, dia juga menghendaki agar sahabat-sahabatnya tetap duduk di dekatnya.
“Yang dianggap paling aneh, Usmar yang ketika muda pernah belajar dansa, malam itu ber-soul sendiri,” tulis Rita Sri Hastuti dalam “Mengenang 40 Tahun Kepergian Usmar Ismail dari Darah dan Doa,” seperti yang dikutip dari lsf.go.id.
Pada keesokan harinya atau tepat pukul 17.00, Usmar tidak sadarkan diri dan didiagnosis mengalami pendarahan di otak. Usmar Ismail pun kemudian meninggal pada 2 Januari 1971.
“Saya terkejut, karena pada malam tahun baru, Usmar, saya dan Aboe Bakar Loebis beserta masing-masing istri masih kumpul di Miraca Sky Club di mana Usmar menjadi manajernya," kata Rosihan.
“Ada pikiran untuk mengadakan operasi di otaknya. Namun, untuk itu tidak mungkin lagi,” tambahnya.
Bapak Film Nasional itu pun kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta. Atas pengabdiannya terhadap dunia perfilman di Indonesia, Google pun menjadikan ia sebagai Google Doodle di hari kelahirannya ini. Berikut beberapa film yang berhasil diproduksi oleh Usmar Ismail selama hidupnya.
- Harta Karun (1949)
- Tjitra (1949)
- Darah dan Doa (1950)
- Enam Djam di Djogdja (1951)
- Dosa Tak Berampun (1951)
- Kafedo (1953)
- Krisis (1953)
- Lewat Djam Malam (1954)
- Lagi-Lagi Krisis (1955)
- Tamu Agung (1955)
- Tiga Dara (1956)
- Sengketa (1957)
- Delapan Pendjuru Angin (1957)
- Asrama Dara (1958)
- Pedjuang (1960)
- Laruik Sandjo (1960)
- Toha, Pahlawan Bandung Selatan (1961)
- Korban Fitnah (1961)
- Amor dan Humor (1961)
- Anak Perawan di Sarang Penjamun (1962)
- Bajangan di Waktu Fadjar (1962)
- Masa Topan dan Badai (1963)
- Anak-Anak Revolusi (1964)
- Liburan Seniman (1965)
- Ja Mualim (1968)
- Big Village (1969)
- Bali (1970)
- Ananda (1970
SUMBER =https://www.kaskus.co.id/thread/5ab0bbf55a5163504c8b456d/kisah-perjalanan-hidup-usmar-ismail-yang-berakhir-tragis/?ref=forumlanding&med=hot_thread&utm_content=link_forum_landing&utm_campaign=hot_thread
Komentar
Posting Komentar