TENTANG KAJIAN DAMPAK MEDIA

dalam era digital seperti sekarang kita memang tak bisa lepas dari media, karena media merupakan tolak ukur perkembangan informasi dan komunikasi.
 Pengaruh media yang ditimbulkan oleh pesan media menghasilkan perubahan sikap atau penguatan terhadap keyakinan khalayak.
 Sementara itu, efek media adalah efek yang dapat diukur sebagai hasil dari pengaruh media atau pesan media. 
 Efek media dapat bersifat positif atau negatif, langsung atau bertahap, maupun jangka pendek atau jangka panjang. Perlu dipahami pula bahwa tidak semua efek media menghasilkan perubahan terhadap khalayak. Beberapa pesan media diketahui hanya memberikan efek memperkuat keyakinan yang ada.
 Hal ini didasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli mengenai pengaruh terpaan media terhadap perubahan kognitif, sistem kepercayaan, dan sikap khalayak. adapun beberapa teori kajian dampak media yang di jelaskan oleh beberapa ahli:

 Teori Peluru Ajaib (Magic Bullet) atau Jarum Suntik (Hypodermic Needle):

 Teori yang populer pada sekitar tahun 1930-an.
pesan media berdampak pada orang secara langsung, bisa diukur, dan dampak itu bersifat segera (immediate) kepada khalayak. Jadi, dampaknya seperti peluru yang menghantam tubuh, atau seperti tubuh yang ditusuk jarum suntik. Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow). Namun, sekarang banyak ilmuwan berpendapat, dampak semacam ini jarang terjadi. Misalnya: Seseorang yang melihat iklan sepeda motor Honda dan dia langsung membeli motor Honda itu, persis dengan model sepeda motor yang diiklankan di TV. Atau ada orang yang melihat tayangan tentang teroris yang mengebom Hotel Marriott dan orang ini pun segera membuat bom untuk menyerang hotel. Pendekatan ini sangat simplistik, karena mengasumsikan bahwa individu itu hanya bersikap pasif. Individu dianggap akan menyerap semua yang disodorkan media massa tanpa sikap kritis dan tanpa syarat. Padahal kenyataannya para individu membaca koran, mendengarkan siaran radio, dan menonton acara TV dengan cara yang berbeda. Bahkan para individu juga terekspos pada banyak media, sehingga yang diterima bukan cuma satu suara atau pesan tunggal. Teori Peluru Ajaib atau Teori Jarum Suntik adalah teori dampak kuat. Dalam perkembangan berikutnya, muncul teori-teori yang merevisi model Peluru Ajaib, dan memandang dampak itu lebih bersifat minimalis.

Teori Spiral of Silence:

Teori ini diperkenalkan oleh ilmuwan politik Jerman, Elisabeth Noelle-Neumann, dan berangkat dari pendekatan psikologis. 

Teori ini menegaskan, orang cenderung untuk tidak mengekspresikan opininya tentang topik tertentu, jika orang itu merasa hanya sebagai minoritas, karena takut akan pembalasan, pengucilan, atau dampak buruk lain dari pihak mayoritas. Maka, bisa terjadi, orang-orang yang merasa mewakili suara mayoritas, dengan penuh percaya diri akan mudah menyuarakan opininya di media. 

Opini yang dimuat di media itu tidak mendapat tantangan, karena orang yang merasa minoritas cenderung tidak membantahnya. Maka, meski sering digembar-gemborkan bahwa media adalah wahana yang menerima opini seluruh kalangan masyarakat, nyatanya hanya kalangan yang merasa mewakili suara mayoritas yang akan muncul di media. 

Teori Penetapan Agenda (Agenda Setting):

Menurut teori ini, media menetapkan agenda bagi opini publik, dengan cara mengangkat isu-isu tertentu. Sesudah mempelajari cara peliputan kampanye politik, ternyata dampak utama media berita adalah dalam penetapan agenda. Misalnya, dengan memberitahu masyarakat untuk berpikir tentang topik-topik tertentu. 

Topik-topik yang tidak diangkat oleh media menjadi kurang atau tidak dianggap penting oleh publik. Jadi, pengaruh media bukanlah dalam persuasi (bujukan) atau perubahan sikap audiens. Penetapan agenda ini biasanya lebih sering dirujuk sebagai fungsi media, dan bukan teori.

Agenda setting adalah kemampuan media untuk menentukan isu atau berita apa yang dianggap penting, yang harus diperhatikan oleh publik, atau harus segera ditangani oleh pemerintah. Isu yang dianggap penting itu bisa diberi porsi yang lebih besar dan penempatan yang lebih menarik perhatian. 

Untuk media suratkabar, hal itu berarti penempatan di halaman 1 dan pemberian space yang lebih luas. Untuk media TV, hal itu bisa berarti penayangan pada alokasi slot prime time (antara jam 18.00-22.00, saat jumlah pemirsa terbanyak) dan pemberian durasi penayangan yang lebih panjang. 

Penetapan agenda oleh media bisa berpengaruh pada banyak hal. Misalnya: Popularitas calon legislatif atau kandidat kepala daerah, yang sedang bertarung pada pemilihan umum di wilayah tertentu. Kandidat yang dianggap lebih berkualitas bisa mendapat porsi pemberitaan yang lebih besar, sehingga mereka menjadi lebih populer dan lebih berperluang untuk menang.

Atau, media menentukan isu-isu apa --yang menyangkut kepentingan publik—yang harus segera ditangani pemerintah. Misalnya, isu kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, kenaikan harga sembako menjelang bulan puasa, dan sebagainya.



(sumber:blogspot.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH IN DEPTH NEWS FEATURE (LAPORAN BERKEDALAM)

YUK cari tahu cara menulis novel dengan baik dan benar.

USMAR ISMAIL, sang legenda perfilman indonesia !!!!